Kawah Ijen,The First Encounter

An introduce journey to Kawah Ijen, witness the exotic of 'Blue Fire'.

Amed, The Sapphire of East Bali

Embrace the wind, Feel the sun, and discover the underwater life of East Bali.

Bromo, Heart of The East Java

Visit one the most fascinating mountain of Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Nusa Ceningan, The Hidden Paradise

Discover the secret beach on this small enchanting island of Bali.

Seger Beach, One of Lombok's favorite beach

Lombok has so many beaches and you never be bored when you step your feet here.

Sunday, April 27, 2014

Journey 1717


It was last weekend, me and travel buddies from Melali Nusantara went to this 'most visited mountain' in Bali. Located in Kintamani, Bangli. Although not as high as Mt. Agung, Mt. Batur included into the circular ring of fire, where the status of the volcano is still active. I believe most Balinese people often visited Kintamani and Batur Lake, but just a few that curious about 'how it feels to stand and take a deep breath on 1717 mdpl' or 'what lies inside the crater of Mt.Batur'. For me this is the first time and i'm really curious. 

The Starter
We arrived at Trekking Post at 5 pm and then give report that we gonna go up there and paid contribution ticket before start. It was light rain, and we decided to wait until it stopped, then at 6 pm we start to hike. This is the third mountain for me after Bromo and Ijen, and it was very different situation. Bromo is mostly Sands, Ijen soil and rocks (on crater), Batur is Rocks domination wrong step could be dangerous, so be really careful. After 2 hours step on rocks we arrive at camp site, it was halfway from the peak. We set the tents, have some dinner (hope you curious about how it feels :D ), and get rest.


Maincourse
4 am, the alarm didn't wake me up. But, the noise and the light from other hikers finally bring us to get out of tents. I suprised with so many foreign tourists that 'curious' about this mountain. We get ready and join the entourage...To the peak Brothers...To The Peak!. 5.30 am finally we reached the peak, a long rim that circling the crater. As usually take the camera out and wait for glorious warming Sunrise. The sky was clear with lil bit fogs, honestly I was expecting to see fogs covered the caldera but didn't get it. Clear is more than enough. 
On the top others visitors saw us strangely, because what? . Yes, of course because the 'refrigerator' that we brought or also known as carrier backpack. 'Why could you bring those heavy bags to hike??' I bet all people have those question. Chillax brotha.. We bring this on purpose. 
1. It's for our camp equipment,water,and also supplies.
2. It's for video shooting purpose :), looks great with this carrier right, So Adventure! Hahaha
3. It's for warming up practice for us, before Rinjani in Juli (Hopefully, Astungkara)























Dessert
Sun goes up and we going down, get back to the camp and have a little bit breakfast.
We packed up, clean the camp site and Went back home. But, before it we stopped by at Batur Natural Hotspring, I don't want to tell you how it feels, relaxing on Hotspring after hiking, imagine yourself or if you want, experience it!

See the full version >here<

The crews are Eko, Pvrnawan, Baron, Me, Sukmana, Tutde.
Video by Tutde (Melali Nusantara)

Monday, March 17, 2014

Nusa Penida, Jangan Tanam Beton Disini..!




Setelah pergi ke Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan tak lengkap rasanya jika belum mengenal pulau yang satu ini. Nusa Penida, sebuah pulau seluas kurang lebih 200 km persegi terletak di tenggara Pulau Bali dan tentu saja bertetangga dengan Lembongan dan Ceningan, orang lokal menyebutnya 'Nusa Gede'.

Adalah teman saya 'Tutde' yang pertama kali mengajak ke Nusa Penida, selain karena ingin mengunjungi teman yang sedang KKN si Eko (Teman sewaktu #whatevertrip di Lembongan) kita juga ingin mengeksplor Nusa Penida, yang katanya Sangat indah itu.
Berangkatlah kami menuju Pelabuhan Padang Bai pada Hari Pertama di bulan Agustus ini 2013, bersama satu travel buddy yang agak nyeleneh si Baron.






Setelah 45 menit diatas lautan, kami berlabuh di Dermaga Nusa Penida, disini teman kami Eko sudah menunggu dan akan membawa kami ke basecamp mereka di Desa Tanglad, sekitar 30 Menit menyusuri pesisir timur Nusa Penida dan terus menanjak hingga akhirnya kami sampai di sebuah desa yang cukup dingin karena letaknya di atas bukit. 

Sebagai tamu tak diundang, kami merasa beruntung karena mereka mau berbagi tempat menginap untuk malam pertama di Nusa Penida. Sebenarnya perjalanan ini tanpa itenary dan tanpa rencana yang matang, jadi prinsipnya 'go with the wind'.
Sore itu kami hanya beristirahat di basecamp KKN UNUD di Desa Tanglad, malam harinya kami makan bersama, ikan bakar dibalut sambal mentah melilit lidah kami malam itu.









 Usai makan malam, kami merencanakan tujuan esok pagi dan pilihan akhirnya jatuh pada Pantai Atuh. Terletak disisi timur Pulau NusPen dengan jarak tempuh sekitar 1 jam dari Desa Tanglad, kami berangkat sekitar jam 5.30 menempuh dingin dan gelapnya subuh di Nusa Penida. Jalan menuju Atuh penuh kelok dan rusak, sehingga membuat mata kami selalu terbuka karena getaran jalan yang tak rata.

6.30 kami sampai di Atuh, "Dimana Pantainya?" Celetuk Baron dengan wajah datar. "udah deket, jalan dulu lagi 15 menit" sahut Eko. Sejauh mata memandang kami hanya melihat hamparan ladang, tapi aroma laut memang sudah tercium terbawa angin yang cukup kencang pagi itu. Dan setelah melewati ladang-ladang gersang kami tiba di bibir tebing dengan pemandangan laut lepas dihiasi karang-karang absurd yang menawan. Puas menjelajah tebing Atuh dan memotret sang fajar, kami masih bertanya-tanya "Namanya Pantai Atuh, Pantainya Manaa?" , tanpa suara eko menunjuk kebawah tebing, dafuqq!! sebuah setapak kecil menurun terjal dengan tinggi sekitar 15-20 m. Karena angin kencang akhirnya kami punya alibi untuk tidak turun karena terlalu berbahaya, next time kita akan cari jalan darat yang lebih manusiawi dan aman.









 Sang Surya mulai meninggi, kami segera beranjak dari Atuh dengan harapan suatu saat akan kembali kesini dan menginjakan kaki di pasir pantainya. Back to basecamp kita makan siang wajib para pejalan kere, "Mie Instan!". Setalah isi perut, kita berunding tujuan selanjutnya dan memutuskan untuk bermalam dirumah teman kami Pande Kadek Heryana aka Apel, beliau pemilik worldwide brand APstuff yang produknya sudah mendunia. Sekali lagi kami numpang dirumah orang, maklum low budget broo. sang surya perlahan mulai condong ke barat kami tiba di Desa Sebunibus, cukup dekat dengan dermaga dan pasar. Sore itu dengan ramah kami diterima oleh bli Guna, kakak dari Apel. berhubung si Apel lagi di Denpasar jadi kita bisa pakai kamarnya yang cukup berantakan. Sore itu kami diajak ke Crystal Bay, sebuah Teluk Kecil dengan karang unik yang berlubang berdiri kokoh ditengah laut. Kunjungan singkat itu cukup untuk menghapal jalan, esok kami akan kembali kesini untuk snorkling.

Malamnya kami disuguhi Sup Ikan masakan mbok Desak, istri Bli Guna. Makanan paling mewah sejak kami tiba di NusPen. malam itu kami habiskan dengan berbincang mengenai berbagai hal tentang NusPen, mulai dari cerita horor sampai cerita mistis lainya, alhasil kita ga bisa tidur dengan tenang.

Keesokan Paginya kami bersiap menuju tempat yang menjadi tujuan utama kami, Jarak tempuh sekitar 1,5 jam dengan medan jalan berbatu karang, rusak, ancur, abstrak pokoknya hell! tapi dibalik jalan neraka itu ada secuil surga yang tersembunyi. 'Pasih Uug' begitu orang Nusa menyebutnya, Pasih berarti pantai, Uug berarti rusak/hancur. Mungkin nama itu lebih dikarenakan jalan menuju kesana yang super parah, tapi view disini heavenclass mamenn!

Pasih Uug, tidak seperti Atuh yang memiliki akses turun kebawah. Kita cukup menikmati suara deburan ombak yang masuk dari celah besar di tebing dan menikmati pemandangan ajaib karya Sang Pencipta. Semoga saja nantinya tidak ada 'beton' yang 'ditumbuhkan' ditempat ini. Panas makin menyengat kami langsung beranjak, mencari santap siang.








Sambil menunggu matahari meneduh, kami beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Crystal Bay untuk Snorkling. 

Pukul 2 siang matahari rupanya masih cukup menyengat, namun karena sudah tidak sabar mencumbu crystal bay, akhirnya berangkat sudah. Tiba di crystal bay yang sepi kami langsung mendirikan tenda, "buat apa?" biar keren aja buat foto ceritanya nge-camp disini hehe..
Air yang bening dan ombak yang sopan membuat kami betah berlama disini, biota bawah laut-nya keren abis..Tapi sayang belom kesampean punya underwater camera #kode.

Gurat senja di crystal bay menutup perjalanan kami kali ini, Next Time kita pasti kesini lagi menjelajah NusPen yang masih banyak punya rahasia.


Start your Journey and Say Hello! to Universe..see ya!

Left to Right, Baron-Tutde-Me